Marketnews.id Jatuhnya harga minyak dunia hingga kurang dari USD 30 per barel, jadi alasan utama mengapa PT Medco Energi Internasional Tbk menderita kerugian hingga USD 96 juta. Bagaimana dengan kerugian operasional lainnya.
PT Medco Energi Internasional Tbk. mengumumkan, kinerja keuangan semester I/2020 dengan membukukan rugi bersih akibat kebutuhan energi yang menurun di tengah pandemi Covid-19 dan berakibat pada kinerja perusahaan.
CEO Medco Energi Roberto Lorato mengatakan, menurunnya kebutuhan energi akibat pandemi Covid-19 mengakibatkan harga minyak kuartal kedua berada di bawah U$30 per barrel dan memangkas permintaan gas ke level minimum.
Medco Energi membukukan rugi bersih Semester I/2020 sebesar US$96 juta, dengan keuntungan dari segmen minyak dan gas serta ketenagalistrikan mengimbangi kerugian di Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), serta gangguan keuangan akibat harga minyak dan kerugian pada operasi yang dihentikan.
“Perusahaan juga mengurangi pengeluaran sebesar US$200 juta dan merevisi panduan produksi 2020 menjadi 100 – 105 mboed. Namun, untuk mengantisipasi masa depan yang lebih baik, segmen minyak dan gas bumi akan terus berinvestasi dalam eksplorasi dan proyek lain memberikan nilai tambah, sementara di bidang ketenagalistrikan, Medco Power tengah menyelesaikan Proyek CCGPP Riau 275MW,” paparnya dalam keterangan resmi, Sabtu (3/10/2020).
Sejumlah upaya meningkatkan efisiensi pun terus dilakukan, melalui efisiensi biaya dan sinergi dari integrasi Ophir Energi mengurangi biaya overhead sebesar US$17 juta, mempertahankan EBITDA untuk tetap stabil meskipun terjadi penurunan permintaan energi dan turunnya realisasi harga minyak sebesar 39 persen (semester I/2020 US$38,7/barel dan semester I/2019 US$63,6 per barel).
Dalam laporan keuangan per semester I/2020, Medco Energi Internasional membukukan pendapatan US$551,76 juta dan rugi bersih US$95,75 juta pada semester I/2020.
Dengan acuan kurs Rp14.285,71 per dolar AS, maka raihan pendapatan Medco Energi pada semester I/2020 setara dengan Rp7,88 triliun.
Medco pun mencatatkan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$95,75 juta atau setara Rp1,37 triliun. Rugi bersih itu berbalik dari sebelumnya laba bersih US$27,86 juta pada semester I/2019.
Reberto menyebutkan EBITDA semester I/2020 sebesar US$305 juta, turun lima persen dari semester I/2019. Adapun, likuiditas tetap kuat dengan kas dan setara kas sebesar US$695 juta pada 30 Juni, naik dari US$595 juta pada akhir 2019.
Perusahaan telah melakukan lindung nilai sebesar 7,5 persen dari produksi 2020 hingga 2021 dengan rata-rata harga minyak di US$48 per barel dan US$42 per barel untuk memberikan perlindungan terhadap permintaan energi yang lebih rendah.
Pada Juni 2020, Medco menandatangani Perjanjian dengan SKK Migas untuk beberapa PSC di Indonesia guna menjaga agar pendapatan perusahaan dari produksi gas tidak berubah. Hal ini mengacu pada penyesuaian harga gas konsumen sesuai Peraturan Menteri No.89K/2020 dan No.91K/2020.
Lebihn jauh Roberto menyampaikan, Medco Energi memakai belanja modal pada semester I/2020 sebesar US$178 juta dengan rincian US$120 juta untuk minyak dan gas untuk penyelesaian Proyek Meliwis di Jawa Timur pada Juli, pengeboran eksplorasi yang berhasil di South Natuna.
Selain itu, US$58 juta untuk Medco Power untuk pembangunan Riau CCGPP serta pengeboran eksplorasi panas bumi Ijen.
Pada kuartal I/2020, Perusahaan melakukan tender offer untuk obligasi 144A/Reg S Senior Notes sebesar US$400 juta dan pada Agustus melaksanakan call option atas sisa hutang.