Marketnews.id Optimisme Pemerintah akan pertumbuhan ekonomi di 2021 patut didukung oleh banyak pihak. Dasar adalah, stimulus yang telah dikeluarkan Pemerintah buat pelaku usaha baik kecil maupun korporasi termasuk didalamnya bantuan sosial kepada masyarakat diharapkan sudah mulai berdampak buat pemulihan ekonomi. Bahkan Pemerintah terus memperlebar defisit agar lebih leluasa menerbitkan surat utang.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2021 yang semula ditargetkan berada di level antara 4,5 persen hingga 5,5 persen kini menjadi 5 persen.
Sri Mulyani menuturkan, perubahan target pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan keputusan tepat yang menggambarkan harapan dan kehati-hatian terhadap kondisi ketidakpastian pada 2021.
“Saya rasa ini adalah keputusan yang tepat. Sehingga kita untuk tetap waspada namun tidak kehilangan fokus untuk terus optimis di dalam mengatasi masalah,” katanya.
Lebih jauh Sri Mulyani menyebutkan, inflasi untuk tahun depan ditetapkan 3 persen dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditargetkan Rp14.600 sesuai dengan RAPBN 2021 yang telah disampaikan Presiden Joko Widodo.
Tak hanya itu, tingkat bunga SBN 10 tahun juga tetap 7,29 persen, harga minyak mentah Indonesia tetap 45 dolar AS, lifting minyak tetap 705 ribu barel per hari, serta lifting gas masih sama seperti dalam RAPBN 2021 yang disampaikan Presiden Joko Widodo yaitu 1.007 ribu barel setara minyak per hari.
“Yang berubah adalah cost recovery yang menurun dari 8,5 miliar dolar AS menjadi 8 miliar dolar AS. Jadi turun 500 juta dolar AS,” ujarnya.
Kemudian untuk indikator pembangunan yaitu tingkat pengangguran pada 2021 ditargetkan dalam rentang 7,7 persen hingga 9,1 persen dan tingkat kemiskinan antara 9,2 persen hingga 9,7 persen.
“Gini ratio indeksnya dari 0,377 hingga 0,379 dan IPM 72,78 hingga 72,95,” ujarnya.
Selanjutnya, Nilai Tukar Petani (NTP) untuk tahun depan ditargetkan 102 dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) sebesar 104.
“Ini adalah yang menjadi basis asumsi kita untuk menghitung dari APBN 2021 dan sekaligus juga ada beberapa target pembangunan,” katanya.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengakui tantangan inflasi tahun 2021 diperkirakan lebih berat sesuai dengan asumsi dasar ekonomi makro yang mematok inflasi sebesar tiga persen.
“Inflasi tiga persen meskipun memang tantangan inflasi tahun depan lebih berat,” kata Perry Warjiyo dalam rapat kerja virtual membahas postur sementara Rancangan APBN 2021 bersama pemerintah dan Badan Anggaran DPR RI di Jakarta, Jumat (11/9).
Tantangan inflasi lebih berat itu seiring dengan tema kebijakan fiskal dalam Rancangan APBN 2021 yakni percepatan pemulihan ekonomi imbas pandemi COVID-19.
Meski mengaku lebih berat, namun Perry Warjiyo mendukung asumsi dasar ekonomi makro itu, termasuk pertumbuhan ekonomi sesuai kesepakatan di Panja A yakni sebesar lima persen hingga nilai tukar rupiah sebesar Rp14.600 per dolar AS.
“Nilai tukar 14.600 semua itu masih dalam risk kami, kami dukung untuk asumsi makro,” kata Perry Warjiyo.
Selama imbas pandemi COVID-19, tingkat inflasi tergolong rendah atau berada di bawah kisaran tiga persen.