Marketnews.id Emiten yang bergerak dalam bidang konstruksi, properti dan Tol PT Waskita Karya Tbk, mengalami penurunan kinerja keuangan signifikan dalam kuartal pertama tahun ini. Laba bersih perseroan menurun hingga 94 persen dibanding laba yang diperoleh tahun lalu. Pendemi Covid-19 menjadi salah satu penyebab kinerja perseroan ikut terpapar.
PT Waskita Karya (Persero) Tbk. membukukan penurunan laba bersih sebesar 94,08 persen pada kuartal I/2020, seiring dengan menurunnya pendapatan pada periode tersebut.
Laba bersih emiten berkode saham WSKT tersebut tercatat sebesar Rp42,69 miliar, turun 94,08 persen secara tahunan. Adapun, pada periode yang sama tahun sebelumnya laba bersih Waskita Karya mencapai Rp720,89 miliar.
Penurunan laba bersih itu, disebabkan oleh pendapatan yang menurun 51,95 persen menjadi Rp4,16 triliun. Dengan penurunan beban pokok 50,45 persen, laba kotor perseroan turun 57,1 persen menjadi Rp836,91 miliar.
Pendapatan konstruksi sebagai penyumbang utama, mengalami penurunan 56,76 persen menjadi Rp3,55 triliun. Sementara itu, penjualan precast dan hotel masing-masing turun 10,12 persen dan 15,07 persen.
Pendapatan lain di luar ketiga pendapatan di atas seluruhnya mengalami kenaikan, namun secara nilai tidak signifikan. Peningkatan pendapatan paling tinggi terjadi pada pendapatan properti yang naik 333,15 persen.
Dengan kinerja pendapatan yang menurun, margin laba kotor perseroan turun dari 22,48 persen menjadi 20,07 persen. Di sisi lain, margin laba bersih turun dari 8,31 persen menjadi 1,02 persen.
Guna menyeimbangkan penurunan top line perseroan berupaya melakukan efisiensi pada beban usaha. Perseroan menurunkan beban umum dan administrasi sebesar 7,47 persen dan beban keuangan sebesar 13,99 persen.
Tekanan terhadap laba bersih juga dikontribusi oleh pendapatan bunga serta laba atas entitas asosiasi dan ventura bersama yang menurun. Kendati demikian, terjadi peningkatan pada posisi selisih kurs dan pendapatan lain-lain.
Meski kinerja laba tertekan, perseroan membukukan hasil positif dari sisi kas operasi yang mencapai Rp2,8 triliun. Capaian ini jauh lebih baik dibandingkan yang dibukukan perseroan pada kuartal I/2019 di mana kas operasi perseroan tercatat negatif Rp3,02 triliun.
Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono menyampaikan, catatan positif arus kas operasi ini dikontribusi oleh pembayaran beberapa proyek turnkey pada periode tersebut.
Salah satu penyumbang utamanya adalah pembayaran atas proyek Proyek Tol Jakarta—Cikampek Elevated II senilai Rp5,97 Triliun. Selain itu, terdapat pula pembayaran sebagian piutang LRT Palembang senilai Rp325 Miliar.
“Kami masih menargetkan tambahan kas masuk dari proyek turnkey sekitar Rp4 triliun—Rp 5 triliun hingga akhir tahun. Menjaga arus kas dan kemampuan likuiditas merupakan salah satu prioritas utama kami, terlebih di masa pandemi Covid-19 ini,” jelasnya melalui siaran pers, dikutip pada Senin (29/6/2020).
Selain berharap pada pembayaran proyek turnkey pada sisa tahun ini, perseroan juga mengincar dana segar dari divestasi sejumlah ruas jalan tol, salah satunya ruas tol Trans Jawa. Divestasi akan dilakukan melalui skema pelepasan langsung dan melalui skema instrumen sekuritas.
“Saat ini ada beberapa proses transaksi divestasi yang sedang berjalan, investor sedang melakukan due diligence atas tol kami,” katanya.
Adapun, dari sisi perolehan kontrak baru hingga kuartal I/2020, perseroan membukukan kontrak senilai Rp3,18 triliun. Kontributor kontrak paling dominan adalah proyek infrastruktur, yakni sebesar 61 persen. Dengan tambahan ini, total kontrak dihadapi perseroan per akhir Maret mencapai Rp54,37 triliun.