Home / Corporate Action / IMF : Pertumbuhan Ekonomi RI 2020 -0,3 Persen, Terbaik Di Asean

IMF : Pertumbuhan Ekonomi RI 2020 -0,3 Persen, Terbaik Di Asean

Marketnews.id Disaat hampir semua pihak “berteriak” dengan keadaan ekonomi saat pendemi Covid-19 ini, Dana Moneter Internasional (IMF), mengeluarkan perkiraan kalau ekonomi Indonesia hanya mengalami kontraksi -0,3 persen. Membesarkan hati memang, negara ini tidak semenderita negara lainnya. Tapi benarkah prediksi tersebut.

Pandemi Covid-19 diperkirakan menelan biaya ekonomi global sebesar US$12,5 triliun hingga akhir tahun, menurut IMF.

Menurut laporan IMF dalam buku World Economic Outlook, kerugian ekonomi itu terjadi karena penurunan pertumbuhan ekonomi dunia yang di luar perkiraan sebelumnya meski tingkatannya tidak merata.

“Pandemi ini berupa “krisis yang tidak sama dengan krisis lain,” kontraksi dalam ekonomi global akan jauh lebih buruk daripada yang diperkirakan sebelumnya, dan pemulihannya “tidak pasti,” menurut IMF seperti dikutip ArabNews.com, Kamis (25/6/2020).

Dampak Pandemi Covid-19 berupa biaya ekonomi US$12 triliun dipaparkan oleh Gita Gopinath, Chief Economist IMF, dalam konferensi pers IMF.

Produk domestik bruto global diperkirakan turun 4,9 persen tahun ini akibat apa yang disebut IMF sebagai “Penguncian Besar.”

Sementara itu pertumbuhan akan melonjak tahun depan sebesar 5,4 persen, tetapi kepala ekonom IMF, Gita Gopinath, memperingatkan: “Dengan tidak adanya solusi medis, kekuatan pemulihan sangat tidak pasti dan dampak pada sektor dan negara tidak merata.”

Ada beberapa negara yang akan sangat terpukul secara spektakuler menurut perkiraan IMF.
Ekonomi Italia, akan mengalami kontraksi sebesar 12,8 persen, sama dengan Spanyol, dan Prancis akan berada di bawahnya dengan penurunan 12,5 persen. Sedangkan ekonomi Inggris akan menyusut 10,8 persen.

Ekonomi AS diprediksi berkontraksi sebesar delapan persen, sementara itu China, tempat virus korona pertama kali terdeteksi, akan tumbuh sebesar satu persen ketika langkah-langkah awal melawan wabah mulai berlaku.

Timur Tengah dan Asia Tengah akan melambat 4,7 persen. Arab Saudi akan mengalami kontraksi 6,8 persen tahun ini sebelum pulih dengan pertumbuhan 3,1 persen pada 2021, menurut perkiraan IMF.

Kerajaan itu dipengaruhi oleh volatilitas di pasar energi global dan jatuhnya harga minyak pada April. IMF memperkirakan harga rata-rata US$36,20 per barel untuk minyak tahun ini atau di bawah harga pasar saat ini. Harga komoditi itu diperkirakan US$37,50 pada tahun 2021, atau jauh lebih rendah dari perkiraan banyak pakar minyak.

IMF mengatakan langkah-langkah penanggulangan dampak ekonomi di seluruh dunia telah membatasi kerusakan ekonomi dan memperkuat pasar keuangan.

“Penanggulangan sektor fiskal dan keuangan yang cukup besar yang diambil beberapa negara sejak awal krisis telah mencegah kerugian jangka pendek yang lebih buruk,” menurut laporan itu.

Disebutkan bahwa “stabilitas di pasar minyak juga telah membantu mengangkat sentimen,” dengan patokan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) “dalam kisaran yang stabil.”

Akan tetapi IMF juga memperingatkan bahwa pasar keuangan dan pasar saham tidak mencerminkan pandangan ekonomi yang pesimistis.

IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi -0,3 persen pada 2020.

Hal tersebut dicantumkan dalam World Economic Outlook (WEO) Juni 2020 IMF yang dirilis pada Rabu (24/6/2020).

Namun, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami rebound hingga ke kisaran lebih dari 6,1 persen. Jika dibandingkan dengan negara-negara dengan ekonomi berkembang, kontraksi ekonomi Indonesia lebih rendah.


Argentina mengalami kontraksi hingga -9,9 persen, Brasil -9,1 persen, India -4,5 persen, Korea -2,1 persen, Malaysia -3,8 persen, Meksiko -10,5%, Thailand -7,7 persen dan Filipina -3,8 persen.

IMF sendiri memperkirakan upaya pemulihan perekonomian dari jurang resesi terburuk sejak the Great Depression diperkirakan penuh ketidakpastian, karena minimnya solusi medis untuk menekan penyebaran virus Corona.


Direktur Departemen Riset IMF Gita Gopinath mengungkapkan kabar baik mengenai vaksin dan perawatan Covid-19 serta dukungan kebijakan tambahan dapat mengarah pada dimulainya kembali kegiatan ekonomi yang lebih cepat.

Dia menambahkan, krisis perekonomian global yang belum pernah terjadi sebelumnya ini menghambat prospek pemulihan untuk ekonomi yang bergantung pada ekspor dan membahayakan prospek konvergensi pendapatan antara negara berkembang dan maju.

Kendati demikian, prospek pemulihan tampak lebih tinggi di Asia. IMF memperkirakan, negara berkembang dan maju di Asia akan mencetak pertumbuhan ekonomi sebesar 7,4 persen pada 2021.


China akan menjadi meraih pertumbuhan tertinggi dengan proyeksi IMF sebesar 8,2 persen tahun depan. Sementara itu, ekonomi AS hanya akan tumbuh 4,5 persen pada 2021.

Check Also

Pertamina Group Raih Predikat Leadership AA Di Ajang ESG Disclosure Transparency Awards

MarketNews.id PT Pertamina (Persero) meraih “Predikat Leadership AA” dalam ajang apresiasi tahunan “ESG Disclosure Transparency …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *