Home / Corporate Action / Kuartal Pertama 2020, Industri Pengelolaan Melambat

Kuartal Pertama 2020, Industri Pengelolaan Melambat

Marketnews.id Dari sembilan sektor industri pengolahan non migas, ada enam sektor tumbuh negatif atau minus. Tiga sektor masih tumbuh seperti makanan dan minuman, industri kimia dan angkutan laut. Bagaimana nasib enam sektor yang masih negatif dimasa Covid-19 untuk tetap bertahan.

Sepanjang kuartal pertama 2020, kinerja sektor industri mengalami perlambatan. Meski menjadi kontributor terbesar dalam struktur pertumbuhan ekonomi, namun pertumbuhan industri pengolahan melambat.


Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan industri pengolahan anjlok dari sebelumnya 3,85 persen menjadi 2,06 persen ( year-on-year ). Anjloknya sektor industri pengolahan tidak lepas dari perlambatan permintaan, baik di dalam maupun di luar negeri, akibat wabah virus korona.


Menurut Kepala BPS, Suhariyanto, dari sembilan sektor industri pengolahan non-migas, sebanyak enam sektor tumbuh negatif pada kuartal I-2020.


Dia menyebutkan hanya ada tiga sektor industri pengolahan yang masih mencatatkan pertumbuhan, yakni industri makanan dan minuman (mamin) dari 7,95 persen pada triwulan IV-2019 menjadi 3,94 persen.


Kemudian sektor industri kimia, farmasi dan obat tradisional melambat dari 12,73 persen menjadi 5,59 persen. Masih tumbuh positifnya sektor ini karena didukung peningkatan produksi barang kimia dan obat-obatan seiring wabah virus korona sehingga memicu permintaan obat-obatan. Sementara untuk industri alat angkutan melaju positif dari -2,25 persen menjadi 4,64 persen.


“Industri mamin yang porsinya terbesar pada triwulan I-2020 ini tumbuh melambat akibat menurunnya  demand  luar negeri, tercermin dari kontraksi ekspor komoditas mamin. Begitu juga industri kimia, farmasi dan obat tradisional juga mengalami perlambatan. Semua itu turun agak dalam,” kata Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, di Jakarta, Selasa (5/5).


Sementara itu beberapa sektor industri pengolahan non-migas yang tumbuh negatif adalah industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik dari sebelumnya -2,13 persen pada triwuan IV-2019, terperosok lebih dalam menjadi -3,52 persen. Kemudian industri tekstil dan pakaian jadi dari 7,17 persen turun signifikan menjadi -1,24 persen.


Selanjutnya industri barang galian bukan logam dari 3,68 persen menjadi -5,30 persen. Industri mesin dan perlengkapan tumbuh negatif dari -7,10 persen menjadi -9,33 persen. Industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki dari -1,77 persen menjadi -0,36 persen. Untuk industri furnitur anjlok dari 7,79 persen menjadi -7,28 persen. Industri pengolahan migas justru tumbuh positif dari 1,06 persen menjadi 2,58 persen.


“Industri batubara dan pengilangan migas tumbuh positif didukung peningkatan produksi bahan bakar minyak dan LPG seiring dengan peningkatan impor BBM,” kata Suhariyanto. Enam sektor industri pengelolaan yang negatif di atas sebagai besar industri padat karya dan rawan terjadi pemutusan hubungan kerja atau (PHK).

Check Also

67 Tahun Pertamina, Wujudkan Swasembada Energi Untuk Negeri

MarketNews.id-Di usianya ke-67 tahun PT Pertamina (Persero) terus menorehkan capaian-capaian dalam mendukung kemandirian bangsa melalui …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *