Marketnews.id Terus jatuhnya harga minyak dunia ternyata tidak berdampak langsung dengan turunnya harga BBM di dalam negeri. Seperti diketahui harga rata-rata minyak dunia saat ini sudah dibawah USD30 per barel. Sementara, Pemerintah dalam APBN sudah mematok harga minyak sebesar USD62 per barel. Mestinya, harga BBM didalam negeri sudah turun mengikuti harga minyak dunia yang dalam dua bulan terakhir sudah turun harganya. Melemahnya kurs Rupiah terhadap dolar jadi penyebab belum diputuskannya penurunan harga BBM di dalam negeri.
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), masih mencermati pergerakan harga minyak duni hingga Juni mendatang untuk menentukan kebijakan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM).
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, dalam rapat menteri energi negara-negara G20 telah memberikan target penurunan kapasitas produksi 9,7 juta barel per hari mulai Juni 2020.
Selanjutnya, pada Juli – Desember mendatang ditargetkan produksi turun hampir 8 juta bph. Sementara itu, mulai 2021 hingga April 2022 produksi ditargetkan 6 juta bph.
“Mereka sangat serius untuk mengangkat harga minyak. Kita masih monitor [dampak] pemangkasan 9,7 juta ini,” katanya, dalam rapat kerja virtual dengan Komisi VII, Senin (4/5/2020).
Arifin mengaku, pemerintah sudah mencermati perkembangan harga minyak dunia sebelum isu pandemi virus corona terjadi. Pada saat itu, sentimen pembentuk harga adalah perang negara OPEC dan non OPEC.
“Dengan adanya perkiraan reboud makanya kami masih mencermati harga minyak pada Mei dan Juni ini,” tambahnya.
Arifin menambahkan, kompleksitas yang memengaruhi harga minyak dunia menjadi pertimbangan lain. Menurutnya, saat ini dampak pandemi virus corona, perang harga minyak Arab Saudi versus Rusia dan negara-negara OPEC.
Selain itu, adapula kebijakan karantina wilayah yang menyebabkan demand minyak menurun.
“Sebagai catatan, sebelumnya harga BBM Indonesia tercatat [salah satu] yang paling murah di region Asean. Februari, dilakukan penurunan [harga BBM] karena sudah ada indikasi penurunan indeks gasoline terkait dengan crude,” tambahnya.
Berdasarkan data Global Petrol Price per 1 Mei yang dikutip Kementerian ESDM, harga bensin Indonesia berada di urutan keempat paling murah di bawah Malaysia, Myanmar dan Vietnam.
Sementara itu, untuk harga solar, harga yang berlaku di Indonesia relatif mahal atau berada di urutan ketiga termahal di bawah Singapura dan Laos.
VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menjelaskan bahwa, pada kondisi saat ini, aktivitas masyarakat berlangsung tidak secara normal.
Hal itu berdampak terhadap konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang efeknya lebih jauh kepada harga minyak dunia yang terus befluktuasi.
“Stabilitas ekonomi juga harus dijaga sehingga keputusan hal ini banyak sekali dipengaruhi faktor-faktor lain. Harga tidak hanya ditentukan dari harga minyak mentah dunia,” katanya dalam paparannya kepada wartawan, Minggu (3/5/2020).
Hingga saat ini, pihaknya terus memonitor perkembangan geopolitik di dunia terkait dengan rencana pemangkasan produksi minyak dunia.
Pemangkasan produksi tersebut jika nantinya direalisasikan, akan memberi pengaruh terhadap harga minyak dunia.
“Koordinasi dengan regulator juga berjalan. Ini suatu kesepakatan dan keputusan yang memang dijalankan. Kami terus monitoring terhadap situasi saat ini dan ke depan,” ungkapnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan duduk perkara sulitnya menurunkan harga BBM di tengah kondisi harga minyak dunia yang tertekan dan melemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS.
Nicke mengatakan bahwa harga BBM dibentuk menggunakan formula harga yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM.
Dari sisi Pertamina, lanjutnya, penyesuaian harga akan sangat mudah jika pihaknya berperan sebagai trading company.