Marketnews.is Banyak hikmah dibalik pendemi covid-19. Buat Pertamina, jatuhnya harga minyak membuat perseroan menghentikan sementara proses produksi di kilang yang dimilikinya. Selain itu, manajemen Pertamina justru membeli minyak di pasar internasional yang saat ini sedang jatuh harganya ke titik terendah dalam sejarah perminyakan setelah era tahun 80 an.
Dikabarkan, Pertamina merekrut sejumlah tanker untuk menyimpan bahan bakar olahan di laut. Memanfaatkan kejatuhan harga minyak dengan menerapkan strategi mengimpor lebih banyak produk minyak.
Bloomberg mengabarkan, Pertamina saaat ini telah mencarter setidaknya tiga tanker jarak jauh untuk menyimpan bahan bakar bersih. Langkah ini dilakukan ketika Indonesia, salah satu importir bahan bakar terbesar di Asia, tengah berupaya untuk meningkatkan kapasitas kilang pengolahan minyak mentah produksi domestik.
Namun di tengah kondisi pasar yang berlimpah minyak, membeli bahan bakar dari luar negeri akan banyak menghemat biaya.
Sumber Bloomberg menyebutkan, tanker-tanker itu dipesan sejak April dan awal Mei untuk minimum pemakaian enam bulan dengan opsi tambahan untuk digunakan sebagai penyimpanan terapung di dekat Singapura atau Sungai Linggi Malaysia.
Sebelumnya, Pertamina telah bernegosiasi dengan para pemasoknya untuk menunda pengiriman kargo yang akan tiba bulan April karena permintaan dalam negeri menurun.
“Pertamina tampaknya telah beralih ke strategi baru dengan agak cepat, dan sekarang mengambil keuntungan dari situasi harga minyak yang rendah dengan menyimpan produk daripada memproduksi sendiri,” kata Grayson Lim, analis pasar minyak senior di FGE.
Konsultan energi itu, memperkirakan permintaan produk minyak di Indonesia rata-rata akan berkurang 430.000 barel per hari pada kuartal ini, karena tekanan virus korona.
Banyak perusahaan di seluruh dunia meningkatkan kapasitas penyimpanan minyak dan bahan bakar di tengah turunnya permintaan dan harga minyak, karena berkurangnya konsumsi dalam jumlah besar akibat lockdown wabah virus korona. Tangki-tangki penyimpanan di pusat-pusat penimbunan seperti Cushing di AS, Singapura dan Teluk Saldanha Afrika Selatan hampir terisi penuh.
Indonesia dan Australia adalah bagian dari negara pengimpor bahan bakar terbesar di Asia bersama dengan negara-negara Asia Timur Laut yang memiliki kapasitas pengolahan minyak yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan domestik mereka.
Juru bicara Pertamina, Fajriyah Usman dalam pesan singkatnya mengakui bahwa Pertamina berencana untuk menambah kapasitas penyimpanan eksternal ketika kapasitas internalnya terisi. Namun belum diketahui berapa banyak tanker yang akan dibutuhkan untuk mendukung upaya tersebut. Disebutkan pula, Pertamina telah memulai pemeliharaan kilang di Sungai Pakning dan Balikpapan dengan lebih awal, dan secara bertahap akan mengurangi operasi di kilang Plaju.
Menurut data pemilik kapal yang dikumpulkan oleh Bloomberg, Pertamina telah mencarter tanker-tankar berkapasitas 500.000 barel dari SCF Prudencia, BW Zambesi dan Nordvenus. Pertamina juga dikabarkan telah mengupayakan tanker untuk menyimpan minyak mentah dengan jangka waktu yang lebih lama.
Menurut dokumen tender yang dilihat Bloomberg, Pertamina masih mencari tanker Aframax dengan kapasitas sekitar 650.000 barel untuk tanki penyimpanan terapung dengan kemampuan transfer antar-kapal. Pengadaan tanker, yang dapat membawa minyak mentah atau bahan bakar minyak,itu diharapkan akan terwujud pada 20 Mei hingga 30 Mei, dengan penutupan tender 20 April kemarin.
Selain itu, Pertamina dikabarkan juga telah menerbitkan penawaran yang jarang dilakukan, untuk minyak mentah lokal dengan kualitas seperti Duri serta Sahara Blend Aljazair, yang akan diimpor perusahaan melalui kontrak jangka panjang. (Bloomberg)