Marketnewsmid Pelemahan ekonomi global dan nasional sudah menghantui dunia bisnis. Pemerintahpun sudah mengantisipasi dengan mengeluarkan beberapa stimulus dengan memberikan kelonggaran buat dunia usaha. Mulai dari pajak hingga hingga transaksi dengan perbankan.
Seperti diketahui, pandemi Covid-19 telah membuat dunia usaha menyiapkan mitigasi agar apa yang sudah direncanakan dapat terus berjalan sesuai harapan manajemen dan pemegang saham.
Sekretaris Perusahaan Ifishdeco Christoforus Pranoto mengungkapkan, produksi dan penjualan bijih atau ore nikel IFSH pada kuartal pertama tidak secara signifikan terdampak efek gulir virus corona.
Menurutnya, adanya percepatan larangan ekspor ore nikel kadar rendah mulai 1 Januari 2020 telah melepaskan IFSH dari ketergantungan terhadap pasar ekspor. Pasalnya pada tahun lalu, ekspor ore IFSH hampir 100% dijual ke pasar China.
Dengan adanya larangan ekspor tersebut, IFSH telah mengalihkan penjualan ekspor ke pasar lokal. “Dengan penyetopan ekspor kami langsung menyiapkan pengalihan penjualan ke pasar lokal, karena dengan pandemi Covid-19, ekspor pasti terhenti,” kata Christoforus saat dihubungi Marketnews.id Rabu (25/3).
Hingga saat ini, produksi dan penjualan ore nikel bisa terjaga sesuai target karena IFSH masih memiliki kontrak penjualan. Namun dengan adanya efek virus corona, smelter di dalam negeri tidak berproduksi dengan kapasitas maksimal.
Untuk mengantisipasi dampak dari virus Covid-19, Sekretaris Perusahaan Ifishdeco Christoforus Pranoto menyebut, beberapa insentif dari pemerintah bisa menjadi angin segar bagi industri tambang mineral. Misalnya, insentif berupa dukungan pendanaan dan pengurangan suku bunga pinjaman.
“Saya tidak pernah menyebut perubahan target. Bahwa terkait Kementrian ESDM memberikan kesempatan merevisi lebih awal karena dampak Covid-19 bisa dimanfaatkan agar informasi kegiatan penambangan lebih realistis,” ujarnya kepada marketnews.id
Secara umum, Christoforusmenilai belum terlihat dampak wabah virus corona terhadap permintaan bijih nikel secara signifikan. IFSH pun masih melakukan kegiatan produksi dan penjualan bijih nikel ke smelter-smelter dalam negeri.
Menurut data, IFSH membidik produksi ore nikel sebesar 2,3 juta ton di tahun ini. Dengan begitu, tiap bulan IFSH akan memproduksi ore nikel sekitar 191.000 ton.
Hanya saja, jika wabah virus corona berlangsung lama, dikhawatirkan pemilik smelter akan mengurangi permintaan pengolahan bijih nikel. Permintaan dunia terhadap produk olahan nikel ataupun stainless steel juga berpotensi turun.
Menurut Christoforus, operasional smelter IFSH yang dikelola anak usahanya PT Bintang Smelter Indonesia (BSI) mulai terpapar efek virus corona.
Smelter ini sejatinya memproduksi Nickel Pig Iron (NPI) dari fasilitas Blast Furnace. Namun, pengerjaan produksi di smelter tersebut terhambat akibat larangan masuknya Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China seiring pandemi virus corona.
Pengerjaan proyek smelter berteknologi Rotary Kin Electric Furnace (RKEF) milik IFSH juga terhambat akibat virus corona.
Dalam jangka pendek, IFSH masih akan fokus pada produksi dan penjualan bijih nikel di pasar domestik agar perputaran bisnis dan likuiditas perusahaan tetap terjaga. Di samping itu, perusahaan ini juga melakukan berbagai efisiensi produksi bijih nikel untuk mengurangi dampak virus corona.
“Kami juga berupaya mencari pendanaan untuk membiayai proyek RKEF,” tambah Christoforus.