Marketnews.id Sepekan perdagangan saham di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI) penuh dengan ” horor”. Setelah wabah virus Corona blow up hampir seluruh bursa dunia mengalami penurunan tajam termasuk BEI. Aksi otoritaspun bergerak untuk menyelamatkan pasar yang panik berjamaah. Mulai dari mengentikan perdagangan hingga melakukan gerakan buy-back saham BUMN maupun saham Blue chip.
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) selama sepekan, periode 9-13 Maret 2020 mengalami penurunan tajam hingga mencapai 10,75 persen. Rata-rata nilai transaksi harian di Bursa Efek Indonesia (BEI) melonjak hingga 11,7 persen.
“Selama sepekan, rata-rata nilai transaksi harian mengalami kenaikan sebesar 11,7 persen menjadi Rp7,82 triliun dari Rp7 triliun pada pekan sebelumnya,” ungkap Sekretaris Perusahaan BEI, Yulianto Aji Sadono di Jakarta, Minggu (15/3).
Menurut Aji, pergerakan IHSG di sepanjang pekan kedua bulan ini mengalami penurun hingga 10,75 persen ke level 4.907, diwarnai dua kali trading halting secara otomatis, karena mengalami penurunan hingga 5 persen dalam sehari perdagangan. Pembekuan sementara perdagangan tersebut terjadi pada 12 dan 13 Maret 2020.
Pergerakan fluktuatif pada IHSG selama sepekan telah mendorong kenaikan volume transaksi sebesar 7,34 persen menjadi 6,33 miliar unit saham dari 5,9 miliar unit saham. Nilai kapitalisasi pasar selama sepekan mengalami penurunan sebesar 10,68 persen menjadi Rp5.678,28 triliun dari Rp6.356,91 triliun pada pekan sebelumnya.
“Rata-rata frekuensi transaksi harian selama sepakan mengalami perubahan sebesar 2,05 persen sebesar 472,77 ribu kali transaksi dari 482,67 ribu kali transaksi pada penutupan perdagangan pekan sebelumnya,” ucap Aji.
Lebih lanjut Aji mengatakan, pada perdagangan di hari terakhir pekan ini atau pada 13 Maret 2020, investor asing mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp575,84 miliar, sedangkan di sepanjang 2020 terjadi aksi jual bersih asing yang mencapai Rp7,783 triliun.
Pada pekan kedua Maret 2020, BEI mencatatkan empat saham baru, yakni saham PT Esta Multi Usaha Tbk (ESTA), PT Batulicin Nusantara Maritim Tbk (BESS), PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE) dan PT Makmur Berkah Amanda Tbk (AMAN). Sehingga, sepanjang tahun ini sudah ada 18 perusahaan go public.
Selain itu, pada pekan ini atau tepatnya pada Rabu (11/3) BEI menerima pencatatan Obligasi Berkelanjutan I Tahap II-2020 yang diterbitkan oleh PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) dengan nilai nominal sebesar Rp500 miliar. Obligasi ini memiliki peringkat A(idn) dari PT Fitch Ratings Indonesia.
Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di sepanjang 2020 sebanyak 12 emisi dari sepuluh emiten dengan nilai emisi mencapai Rp14,17 triliun. Maka, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 430 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp447 triliun dan USD47,5 juta yang diterbitkan oleh 118 emiten.
Sementara itu, Surat Berharga Negara (SBN) yang tercatat di BEI berjumlah 94 seri dengan nilai nominal Rp2.829,34 triliun dan USD400 juta. Efek Beragun Aset (EBA) sebanyak sebelas emisi senilai Rp10,17 triliun. Bagaimanakah prediski perdagangan pekan depan. Setelah Pemerintah mengumumkan status baru Pendemi virus Corona, pekan ini diprediksi pasar kembali mengalami tekanan. Semoga aja aksi buy-back BUMN dapat mengangkat kembali pasar modal Indonesia.