Marketnews.id Tahun 2020 bisa disebut tahun kebangkitan bisnis infrastruktur khususnya pembangunan kontruksi, properti dan perumahannya. Di Bursa Efek Indonesia (BEI) saja, sejak awal tahun ini sudah dua emiten baru mencatkan sahamnya. Tujuannya tidak lain, agar masyarakat ikut serta jadi pemilik perusahaan sebagai pemegang saham publik. Di sisi lain, perusahaan mendapat dana murah dari pasar modal.
PT Lancartama Sejati Tbk (TAMA) optimistik mampu memperoleh laba bersih di 2020 sekitar Rp10 miliar-Rp20 miliar yang akan ditopang oleh raihan pendapatan sebesar Rp100 miliar.
“Kami di 2020, target pendapatan akan menyentuh sekitar Rp100 miliar. Saya rasa laba sekitar 10-20 persen dari pendapatan,” kata Direktur Utama, TAMA, Alex Wijaya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Senin(10/2).
Menurut dia, target top line dan bottom line tersebut akan didukung oleh alokasi anggaran belanja modal di 2020 sekitar Rp70 miliar-Rp80 miliar. “Semua (dana capex) untuk pembelian bahan material pendukung proyek,” ucap Alex.
Sementara itu, lanjut dia, perolehan dana dari penawaran umum perdana saham (IPO) yang mencapai Rp35 miliar akan digunakan untuk membeli gedung kantor dan sebagian lagi untuk modal kerja. Pada pelaksanaan IPO, TAMA melepas saham ke publik sebanyak 200 juta lembar dengan harga penawaran Rp175 per saham.
Berdasarkan prospektus TAMA, sebesar 82,89 persen dana hasil IPO akan digunakan untuk pembelian tanah dan bangunan dari pihak terafiliasi, sedangkan sisanya sebesar 17,11 persen akan digunakan sebagai modal kerja. Modal kerja ini untuk membiayai kegiatan operasional TAMA di bidang konstruksi dan penyewaan kantor maupun hunian.
“Kami berencana ekspansi ke bidang ruang penyewaan ruang dan hunian untuk mendapatkan recurring income. Jadi, kami tidak tergantung pada proyek saja. Kami juga sedang membangun di Melawai (Kebayoran Baru, Jakarta Selatan) yang satu atau dua bulan lagi beroperasi,” tutur Alex.
Perlu diketahui, per 31 Juli 2019 TAMA mampu meraih laba bersih senilai Rp2 miliar, padahal di periode yang sama 2018 perseroan masih mencatatkan kerugian mencapai Rp3,06 miliar. Sedangkan pada akhir Juli 2019, pendapatan TAMA sebesar Rp27,18 miliar, sedangkan pada periode yang sama di 2018 senilai Rp18,36 miliar.