Marketnews.id Laba bersih yang berhasil di raih oleh Bank Central Asia (BCA), melampaui laba yang diraih oleh Bank Mandiri dan bank BNI, Dua bank milik pemerintah alias BUMN ini sudah tertinggal dari sisi laba bersih yang diperoleh. Melihat potensi saat ini, bisa jadi kinerja BCA akan melampaui kinerja BRI yang saat ini sudah mampu meraih laba bersih Rp 34 triliun.
Seperti diketahui, PT Bank Central Asia Tbk. mengalokasikan dana senilai Rp3 triliun untuk menyuntikkan modal ke anak usaha.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan dari alokasi tersebut, senilai Rp1 triliun disuntikkan kepada Bank Royal. Sisanya, masih akan melihat anak usaha mana yang perlu mendapatkan tambahan modal.
Menurutnya, pembagian tambahan modal ke masing-masing anak usaha lainnya juga belum bisa dirinci secara spesifik karena kebutuhannya sulit diprediksi.
“Kalau mereka butuh, suntik semua anak perusahaan yang kurang vitamin. Apalagi [sekarang] ada [penyebaran] corona, biar untuk imun,” katanya, Jumat (21/2/2020).
Selain itu, soal akusisi anak usaha baru BCA belum memiliki rencana pada tahun ini. Pasalnya, perseroan baru saja menyelesaikan akusisi Bank Royal dan Rabobank.
Bank Royal nantinya akan menjadi bank digital. Saat ini, BCA sedang melakukan pengembangan dan rencana soft opening pada pertengahan 2020. Pengembangan Bank Royal menjadi bank digital diharapkan memenuhi kebutuhan layanan generasi milenial.
Sementara itu, rencana peleburan Rabobank juga masih dalam proses dan belum selesai karena perlu persetujuan pemegang saham minoritas.
“Cukuplah, kami sudah dua akuisisi,” katanya.
Dari sisi kinerja, emiten dengan kode saham BBCA ini mencatatkan laba senilai Rp28,6 triliun sepanjang 2019. Raihan ini tumbuh 10,5 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp25,9 triliun.
Dalam paparannya, Kamis (20/2/2020), Jahja menuturkan bahwa perseroan mempertahankan kemampuan penyaluran kredit pada tahun lalu. Tercatat kredit yang disalurkan mencapai Rp603,7 triliun. Jumlah ini tumbuh 9,5 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Selain itu anak usaha Grup Djarum ini mempertahankan pertumbuhan kinerja. Tercatat laba sebelum provisi dan pajak penghasilan (PPOP) perusahaan tumbuh 15 persen. Selain itu, laba operasional tumbuh 13,6 persen.
Sementara itu bagaimana kinerja harga saham perseroan saat ini.
Seperti diketahui, harga saham PT Bank Central Asia Tbk semakin mahal dalam perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Jumat (21/2). Keberhasilan mencetak laba bersih naik dua digit di tahun 2019 mendorong harga saham BBCA makin melambung.
Dari pantauan RTI pukul 10.50 WIB, harga saham BCA berada pada level 33.075, menguat 100 poin atau 0,30% dibandingkan penutupan perdagangan terakhir. Posisi ini sebetulnya sudah menurun, karena hari ini harga saham BCA sempat menyentuh titik tertinggi di level 33.325.
Kapitalisasi saham BCA sebesar Rp815,46 triliun. Sementara jumlah saham BCA yang diperdagangkan mencapai 4,65 juta lembar saham.
Beberapa analis mengakui, keberhasilan emiten berkode BBCA meraih laba bersih tumbuh 10,5% dan laba operasional tumbuh 13,6% pada tahun 2019 berdampak positif. Keberhasilan ini menjadi tenaga pendorong menguatnya harga saham BCA pada hari ini.
Sebagaimana diketahui, BCA membukukan kinerja tahun 2019 dengan laba bersih tumbuh 10,5% menjadi Rp28.61 triliun. Selain itu BCA mempertahankan keunggulan bisnisnya dalam transaksi perbankan dan penyaluran kredit. Sehingga dana giro dan tabungan (CASA) dapat tumbuh 9,9% mencapai Rp532,0 triliun dan total kredit meningkat 9,5% menjadi Rp603.7 triliun.
Pertumbuhan kredit terutama didukung oleh segmen bisnis, termasuk kredit korporasi yang tumbuh 11.1% menjadi Rp236.9 triliun dan peningkatan kredit komersial & SME sebesar 12.0% menjadi Rp202,9 triliun pada Desember 2019.
Sementara itu, kredit konsumer tumbuh 4.3% menjadi Rp158.3 triliun. di mana segmen KPR tumbuh 6.5% menjadi Rp93.7 triliun. KKB turun 1.1% menjadi Rp47.6 tn’liun. dan outstanding kartu kredit tumbuh 9.4% menjadi Rp14.1 triliun.
Di sisi pendapatan, BCA membukukan penumbuhan pendapatan operasional sebesar 13.6% menjadi Rp71,6 triliun. didukung oleh kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 12.1% menjadi Rp50,8 triliun dan pertumbuhan pendapatan operasional lainnya sebesar 17.5% menjadi Rp20,8 triliun.