Marketnews.id Kinerja keuangan moncer tahun lalu jadi jualan Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) agar segera beli saham nya di bursa. Pemimpin seperti ini lah yang perlu dicontoh peduli dengan investasi di luar bisnis bank nya sendiri. Sementara banyak pihak, yang menyalahkan investasi di pasar modal sebagai penyebab kerugian yang mereka derita. Padahal saat mereka untung besar di pasar modal mereka diam seribu bahasa.
Seperti diketahui, akibat kasus gagal bayar Asuransi Jiwasraya dan Asabri, pasar modal Indonesia jadi “Kambing hitam” akibat kerugian yang mereka alami. Dampak nya, pasar modal terus mengalami pelemahan.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, Sunarso, menyampaikan laba perusahaan pelat merah yang dipimpinnya mencapai Rp 34,4 triliun pada 2019. Hal itu disampaikan dalam acara BRI Group Economic Forum 2020 di The Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta Selatan, Rabu (29/1/2020).
Dalam acara itu hadir pula Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. “Selama satu tahun laba kita RP 34,4 triliun,” kata Sunarso.
Sunarso menjelaskan aset BRI tercatat Rp 1.418,95 triliun atau tumbuh 9,41% dibanding aset 2018 Rp 1.296,9 triliun. Kemudian untuk Fee Based Income (FBI). Hingga akhir Desember 2019, perolehan FBI BRI tercatat Rp 14,29 Triliun atau tumbuh 20,1% yoy. Dengan pertumbuhan FBI yang signifikan ini, untuk pertama kalinya bagi Bank BRI Fee Income to Total Income Ratio mencapai double digit sebesar 10%.
Hingga akhir Desember 2019, tercatat penyaluran kredit BRI mencapai Rp 908,88 Triliun atau tumbuh 8,44% year on year, di atas rata rata industri perbankan yang tumbuh sebesar 6,08%. Pada sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), hingga akhir tahun 2019, DPK BRI berhasil menembus angka di atas Rp 1.000 triliun yakni mencapai Rp 1.021,39 triliun atau naik sebesar 8,17% yoy. Dana murah (CASA) masih mendominasi portofolio simpanan BRI, mencapai 57,71% dari total DPK atau senilai Rp 589,46 triliun.
Sunarso pun mengajak seluruh masyarakat untuk mengoleksi saham Bank BRI lantaran kinerjanya yang tumbuh positif. Dia bilang, BRI hadir sampai pelosok dan tercatat ada sekitar 9.635 outlet yang melayani masyarakat di seluruh Indonesia.
“Sekarang transaksi mayoritas bergeser ke online, transaksi di cabang 10%, 90% sudah bergeser ke online atau mobile. Sejak IPO 2003, layak dikoleksi BBRI ke depan,” jelas dia.
Di depan Sri Mulyani, Sunarso meminta arahan dari pemegang saham mayoritas BRI dalam menjalankan bisnisnya di 2020.
“Seperti tadi disinggung kita hadapi ekonomi global yang kurang comfortable tapi kita tidak boleh berhenti dan tetap dijalankan, sehingg acara ini diadakan, nanti mendapat arahan dari kebijakan fiskal sehingga kita bisa menyesuaikan rencana bisnis ke depan,” tuturnya.