Marketnews.id Hampir semua sepakat kondisi ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini mengalami kemunduran. Bahkan tidak sedikit analis memperkirakan makro ekonomi justru mengalami pelemahan hingga tahun 2020 mendatang.
Salah satu tolok ukur melemahnya ekonomi, tercermin dari penyaluran kredit perbankan. Hingga September 2019, tercatat masih mengalami perlambatan. Bank Indonesia mencatat, pada Agustus penyaluran kredit tercatat 8,59% namun pada September 2019 kredit melambat jadi 7,89%.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, penyaluran yang lambat ini terjadi karena permintaan dari dunia usaha atau korporasi yang belum terlalu kuat.
“Kami sampaikan kredit belum meningkat pesat, karena belum kuatnya permintaan kredit dari sisi korporasi,” kata Perry dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dia mengungkapkan, dari sisi penawaran ada tiga faktor yang mempengaruhi. Pertama, adalah prospek ekonomi Indonesia ke ke depan. Selanjutnya terkait suku bunga.
Jika suku bunga lebih rendah maka bank punya kesempatan untuk menambah supply. Faktor ketiga adalah masalah regulasi dari Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan serta kebijakan makroprudensial.
“Semua faktor sisi penawaran kondusif, likuiditas cukup, suku bunga turun, aturan direlaksasi, semua faktor dari sisi penawaran perbankan itu positif. Yang belum itu adalah dari sisi permintaan tadi,” jelas Perry.
Lebih lanjut, Perry menjelaskan, pelemahan dari sisi permintaan korporasi ini terlihat dari hasil survei BI yang mengindikasikan pada 2020 belum seluruh korporasi merencanakan investasi.
BI melihat, hanya sekitar 47% korporasi yang merencanakan investasi, sedangkan sisanya masih fokus pada konsolidasi keuangannya masing-masing.
“Sisa 53% nya belum rencanakan investasi dan fokus bagaimana konsolidasi keuangan sehingga ini jadi salah satu indikator kenapa permintaan kredit masih belum kuat dari sisi korporasi,” tegasnya.